Desa Global adalah
konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi di mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Marshall McLuhan memperkenalkan konsep ini pada awal tahun 60-an dalam bukunya yang berjudul Understanding Media: Extension of A Man.
Konsep ini berangkat dari pemikiran McLuhan bahwa suatu saat nanti
informasi akan sangat terbuka dan dapat diakses oleh semua orang. Pada
masa ini, mungkin pemikiran ini tidak terlalu aneh atau luar biasa, tapi
pada tahun 60-an ketika saluran TV masih terbatas jangkauannya,
internet belum ada, dan radio masih terbatas antar daerah, pemikiran
McLuhan dianggap aneh dan radikal.
Desa Global menjelaskan bahwa tidak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas.
Informasi dapat berpindah dari satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat, menggunakan teknologi internet.
McLuhan meramalkan pada saatnya nanti, manusia akan sangat tergantung
pada teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi. McLuhan
memperkirakan apa yang kemudian terjadi pada masa sekarang, di abada
ke-20 seperti saat ini.
McLuhan memperkirakan pada masa
digital dan serba komputer tersebut, persepsi
masyarakat akan mengarah kepada perubahan cara serta pola komunikasi.
Bagaimana pada saat itu, masyarakat tidak akan menyadari bahwa mereka
sedang mengalami sebuah revolusi komunikasi, yang berefek pada komunikasi antar pribadi.
Di atas level komunikasi interpersonal yakni komunikasi antara dua-tiga
orang, pada masa desa global benar-benar terjadi trend komunikasi akan
ke arah komunikasi massa, yakni bersifat massal dan luas. Di mana
pembicaraan akan suatu topik dapat menjadi konsumsi dan masukan bagi
masyarakat luas, kecuali, tentu saja, hal-hal yang bersifat amat rahasia
seperti rahasia perusahaan, rahasia negara, keamanan-ketahanan. Semua
orang berhak untuk ikut dalam pembicaraan umum, dan juga berjak untuk
mengkonsumsinya, tanpa terkecuali.
McLuhan menyatakan bahwa desa global terjadi sebagai akibat dari penyebaran informasi yang sangat cepat dan
massive
di masyarakat. Penyebaran yang cepat dan massive ini menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi (media massa). manusia pada masa itu
akan lebih menyukai komunikasi audiovisual
yang ateraktif, informatif, dan menghibur. Bertentangan dengan
“kekuatan” teknologi media massa, manusia tidak akan mengagumi internet
seperti pada awal kehadirannya di tengah masyarakat, sekalipun Internet
dapat menghubungkan satu orang dengan orang lainnya dalam tempat yang
berjauhan, menyampaikan banyak pesan ke tempat yang berlainan dalam satu
waktu bersamaan. Perkembangan konsep Desa Global. Seiring berjalannya
waktu, konsep ini terus berkembang. konsep ini dianggap sesuai dengan
keadaan masa kini, yakni teknologi komunikasi, salah satunya adalah
internet, terbukti dapat menyatukan dunia. Perkembangan teknologi
seperti yang dinyatakan dalam desa global, membawa dampak positif dan
negatif. Dampak positifnya adalah orang selalu bisa mengetahui kabar
terbaru yang terjadi di tempat lain, dapat berkomunikasi dan terhubung
walau dalam jarak ribuan mill, mencari dan bertukar informasi. Adapaun
dampak negatifnya adalah kecanduan internet, orang tidak dapat hidup tanpa internet, orang yang lebih eksis di dunia maya dibandingkan dunia nyata, yang menggangu hubungan sosialnya dengan orang lain.
Desa global di Indonesia
Indonesia telah mengalami penglobalan dalam bidang informasi, sejak
kemunculan internet pada pertengahan 90-an. Melalui internet dan
televisi membuat masyarakat sumatera utara mengetahui apa yang sedang
terjadi di Jakarta, begitu juga penduduk Jakarta yang dapat melihat apa
yang sedang terjadi di Indonesia bagian Timur. Melalui internet,
masyarakat antar satu kelompok dapat berhubungan dengan kelompok lain di
dunia maya, contohnya komunitas pendukung batik sebagai warisan budaya
bangsa dapat berkontek-kontekan dengan komunitas pendukung candi
Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajabiaan dunia. Lewat blog
atau milis, mahasiswa dapat bertukar data kuliah, informasi mengenai
suatu peristiwa, bertukar pengalaman, maupun hal ringan untuk hiburan,
semuanya dapat diakses melalui internet. Implementasi desa global ini,
membuat masyarakat yang saling berjauhan dapat saling berkomunikasi dan
saling mengamati, dimanfaatkan pemerintah pusat untuk menjangkau dan
memonitor pemerintah daerah, apakah pemerintah daerah mengalami masalah,
hambatan, apa perlu bantuan, dan sebagainya, tidak perlu langsung
datang ke daerahnya yang jauh itu, hanya melalui telepon, internet, dan
teknologi komunikasi lainnya. Desa global juga berlaku di pedesaan.
"internet masuk desa" merupakan salah satu wujud desa global di
Indonesia, terutama di pedesaan. Contohnya adalah desa Leuwiliang di
Bogor, walaupun desa tersebut relatif jauh dari pusat kota, tetapi
penduduknya tetap bisa merasakan jasa telekomunikasi menggunakan
telepon. contoh lainnya adalah internet yang sudah terpasang di daerah
Bojong, Kotamdaya Purwakarta, kota realtif kecil dua jam dari Bandung,
suatu hal yang luar biasa, mengingat masyarakat Bojong belum lama dapat
mengakses telepon, kehadiran internet dengan cepat menyusul, karena
adanya perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan komunikasi di
Indonesia.
Dampak desa global
Menurut McLuhan, pada masa desa global terjadi, informasi dan
komunikasi akan sangat terbuka, begitu juga dengan peran media massa
dalam mentransformasi pesan. Dampak bagi masyarakat adalah masyarakat
akan cenderung mempunyai persepsi yang sama karena memperoleh kesamaan
kesempatan untuk mengakses informasi. Contoh dampak desa global bagi
masyarakat adalah gempa yang terjadi di Sumatera Barat dapat menimbulkan
kesan yang sama pada orang di Bandung atau di Samarinda. Persepsi
mereka terhadap pemberitaan media massa akan cenderung sama, yaitu
sedih, iba, ingin membantu, dan sebagainya. Hal ini tentunya membawa
dampak positif bagi masyarakat, yakni membantu mempercepat masyarakat
untuk mendapat informasi terbaru mengenai suatu peristiwa. Media massa
juga membantu masyarakat untuk menolong korban gempa di pariaman dan
sekitarnya, dengan pemberitaan bantuan untuk korban gempa, seperti "X
peduli gempa padang", "dompet amal gempa padang" dan sebagainya. Ada
juga dampak negatif dari menjadi nyatanya konsep desa global ini, yakni
siapapun dapat mengakses apapun, misalnya anak kecil yang dapat
mengakses berita kekerasan lewat tayangan televisi, atau melihat video
porno di internet. Masyarakat sendiri yang harus bisa menyaring apa yang
mereka anggap baik mereka. Sedangkan dampak desa global bagi media
massa adalah berkembangnya industri media massa, baik
media cetak,
media interaktif, maupun
media elektronik.
banyaknya koran dalam bentuk on-line, yang dapat memperbaharui berita,
melaporkan kejadian yang baru saja terjadi, langsung ditulisa dan
dipublikasikan melalui media interaktif tersebut. selain itu, dampak
desa global bagi media massa adalah berkembangnya media massa,tidak
hanya sebagai industri yang berujung ekonomi, tetapi juga industri
komunikasi dan informasi. Kemunculan teknologi seperti 3G, 4G, Wimax,
situs jejaring sosial seperti
facebook,
twitter,
plurk tidak lepas dari kemunculan desa global.
Perkembangan desa global
Desa global masih terus berkembang, baik dari segi konseptual maupun
aplikasi, karena Mcluhan tidak secara jelas menyatakan tanda-tanda
keberakhiran desa global. Situs jejaring sosial yang sangat berkembang
dan populer sekarang ini, seperti facebook, twitter, plurk, jelas
merupakan bukti nyata perkembangan desa global di dunia, terutama di
Indonesia. Desa global pada akhirnya tidak hanya menjadi konsep, tetapi
lebih dari itu, mulai menjadi kenyataan yang tidak ada yang bisa
memprediksi kapan akan berhentinya desa global, misalnya saja dengan
adanya Undang-Undang yang membatasi keterbukaan informasi melalui
internet dan Televisi antar negara. Sejauh ini belum ada tanda-tanda
akan ada UU seperti itu, bahkan adanya TV kabel membuat orang Indonesia
dapat menonton apa yang ditonton orang Naigeria, Mali, atau Hongaria.
Beberapa peneliti luar menyatakan bahwa perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi akan membawa kehancuran sendiri pada manusia
itu sendiri, sebagian lagi menyatakan bahwa itu tidak akan terjadi
selama manusia dapat mengontrol teknologi itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar